Formulir Kontak

 


Hambatan terbesar dalam kemajuan inovasi adalah kurangnya sifat enterpreneur atau kewirausahaan. Oleh sebab itu Kabinet Kerja akan memperbaiki iklim inovasi yang sifatnya lintas kementerian untuk memperkuat program technopreneur.
Hal itu disampaikan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir di sela-sela peringatan puncak Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-20 di lapangan Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Tanjung Priok, Senin (10/8).
Dalam perjalanan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi lanjutnya sudah dilakukan kerja sama dengan Gubernur Jawa Barat, DKI Jakarta dan Nusa Tenggara Timur dalam mendukung program swasembada daging dan beras, penerapan teknologi ternak sapi dan padi unggul.
Ia pun mendorong peran serta lembaga penelitian dan pengembangan serta perguruan tinggi untuk mendampingi masyarakat dalam memanfaatkan teknologi yang sudah dihasilkan.
"Tindak lanjut National Inovation Forum yang dihadiri Presiden Joko Widodo April lalu, dilaporkan pabrik enzim Petrosida Gresik telah mencapai pembangunan sampai 95 persen. Diharapkan pertengahan September 2015 dilakukan commissioning," katanya.
Pabrik tersebut menerapkan teknologi anak bangsa yakni Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
"Saya yakin jika hasil penelitian ilmuwan dapat diterapkan industri akan mendatangkan kebanggaan dan semangat berkarya yang tinggi," ucapnya.
Terkait tema Hakteknas ke-20 Inovasi Iptek untuk Daya Saing Bangsa dan sub tema Pangan, Energi dan Maritim lanjutnya anak bangsa ingin menunjukkan hasil teknologi untuk mendukung kedaulatan pangan, energi dan kekuatan maritim.
Dalam puncak Hakteknas itu juga dilakuka  pemberian anugerah iptek, penyerahan buku 20 karya unggulan, prosesi budaya larung dan peluncuran kapal riset Rigel, Baruna Jaya IV dan Bawal Putih.
Sumber : 

Total comment

Author

Rama Pradana



Dalam upaya menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean mendatang, Politeknik Pusmanu melaunching kurikulum technopreneur. Demikian diungkapkan Direktur Politeknik Pusmanu, Mujiyono SE MM. Selain kurikulum technopreneur, pihaknya juga akan meresmikan pusat inovasi dalam waktu dekat.
“Karena di dalam pusat inovasi itu kan ada workshop, kemudian ada balai inkubator, kemudian ada business Development Service. Ini kan salah satu wadah tidak hanya mahasiswa Politeknik saja yang bisa menikmati itu, tapi masyarakat luas pun bisa mengakses kesitu,” paparnya.

Sementara itu, mata kuliah technopreneur sendiri merupakan hasil kerjasama dengan BPPT. Dijelaskannya BPPT akan melaunching melalui kegiatan seminar terkait enterpreneur. Narasumber pada kegiatan tersebut berasal dari pihak BPPT dan enterpreneur yang ada di Kota Pekalongan. Para enterpreneur tersebut, merupakan pihak yang memiliki sentuhan teknologi.
Selain itu, pihaknya akan menaukkan jenjang kependidikan yang ada. “Jadi kan selama ini kita diploma tiga kita akan menaikan ke diploma 4. Ada proses yang menuju ke arah itu,” imbuhnya.
Disamping itu, langkah lain yang ditempuh Politeknik Pusmanu terkait peningkatan pendidikan, pihak kampus berencana membuka program studi baru. Mujiyono menuturkan, karena perkembangan syariah yang saat ini cukup signifikan, maka pihaknya berencana membuka program studi Akuntansi Perbankan Syariah dan program studi Teknologi Informasi.

“Karena jenjang politeknik sendiri tidak hanya program diploma tiga. Tapi kan bisa di sarjana terapan, magister terapan sampai doktor terapan. Ini kita upayakan yang awal dulu itu,” ungkapnya. Untuk program lainnya, pihaknya juga akan melakukan program penelitian dan pengabdian masyarakat. Program tersebut merupakan penelitian yang dapat diakses oleh para dosen Pusmanu.

Sumber : http://pekalongankota.go.id/berita/hadapi-mea-launching-kurikulum-technopreneur

Total comment

Author

Rama Pradana


Technopreneurship bersumber dari invensi dan inovasi.  Invensi adalah sebuah penemuan baru yang bertujuan untuk mempermudah kehidupan.  Inovasi adalah proses adopsi sebuah penemuan oleh mekanisme pasar. Invensi dan inovasi ada dua jenis, yakni: (1) invensi dan inovasi produk, dan (2) invensi dan inovasi proses.

Berbagai kemajuan yang dicapai diawali dengan riset dan temuan-temuan baru dalam bidang teknologi (invensi) yang kemudian dikembangkan sedemikan rupa sehingga memberikan keuntungan bagi penciptanya dan masyarakat penggunanya.  Fenomena perkembangan bisnis dalam bidang teknologi diawali dari ide-ide kreatif di beberapa pusat penelitian (kebanyakan di Perguruan Tinggi) yang mampu dikembangkan, sehingga memiliki nilai jual di pasar. Penggagas ide dan pencipta produk dalam bidang teknologi tersebut sering disebut dengan nama technopreneur (teknopreneur), karena mereka mampu menggabungkan antara ilmu pengetahuan yang dimiliki melalui kreasi/ide produk yang diciptakan dengan kemampuan berwirausaha melalui penjualan produk yang dihasilkan di pasar.  Dengan demikian, technopreneurship merupakan gabungan dari teknologi (kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi) dengan kewirausahaan (bekerja sendiri untuk mendatangkan keuntungan melalui proses bisnis).

Saat ini, perkembangan bisnis dalam bidang teknologi sebagian besar dihasilkan dari sinergi antara pemilik ide kreatif (technopreneur), yang umumnya berafiliasi dengan berbagai pusat riset (seperti Perguruan Tinggi), dengan penyedia modal yang akan digunakan dalam berbisnis. Hubungan antara tiga unsur tersebut yang kemudian mendorong berkembangnya bisnis teknologi yang ada di beberapa negara, misalnya di Sillicon Valley di Amerika Serikat, Bangalore di India, dan beberapa negara lainnya. Di Indonesia, sinergi ketiga pihak tersebut belum terbangun dengan baik.   Pengembangan berbagai pusat inovasi dan inkubator bisnis dalam bidang teknologi di beberapa perguruan tinggi dan lembaga riset merupakan upaya yang positif untuk membangun technopreneurhsip di Indonesia.

Sumber : http://ono.suparno.staff.ipb.ac.id/articles/technopreneurship-2/

Total comment

Author

Rama Pradana




Seiring perkembangan internet yang kian cepat, peran technopreneur semakin penting di Indonesia. Sayang sejauh ini porsinya masih lebih rendah dibandingkan negara tetangga. Namun Kementerian Komunikasi dan Informatika bertekad menggeber jumlah technopreneur di Indonesia.

Menurut laporan yang diungkapkan oleh Bambang Heru Tjahyono, Dirjen Aplikasi dan Informatika Kominfo, saat ini jumlah entrepreneur di Indonesia tercatat cukup besar yakni mencapai 56,5 juta orang. Namun dari jumlah tersebut, untuk technopreneur ternyata porsinya sangat kecil yakni hanya 1,56%.

Presentase itu sangatlah sedikit bila dibandingkan Malaysia dan Singapura. Porsi technopreneur di Negeri Jiran mencapai 5% saat ini, sedangkan di Negeri Singa lebih besar lagi, 8%.

Kominfo pun melakukan sejumlah usaha untuk bisa mendongkrak presentase technopreneur di Indonesia, salah satunya adalah mendukung ajang Imagine Cup yang digelar Mirosoft. Dengan dukungan-dukungan yang diberikannya, Kominfo berharap technopreneur di Indonesia bisa menyentuh porsi 2% sampai 4% dari seluruh jumlah rakyat Indonesia yang saat ini telah menyentuh angka 240 juta orang.

Artinya target yang harus dicapai adalah sekitar 4,8 juta technopreneur di Indonesia. Pun demikian, Kominfo tak mau muluk-muluk dengan target tersebut dan hanya menetapkan target awal sebesar 2,4 juta technopreneur Indonesia.

“(Pencapaian target itu) dibangun melalui lomba-lomba semacam ini (Imagine Cup - red). Kami juga membantu melalui aturan-aturan yang bisa memberdayakan (technopreneur). Termasuk juga dengan memberi kemudahan-kemudahan, misalnya pemberian domain gratis .id,” pungkas Bambang.

Sumber : http://inet.detik.com/read/2015/03/30/115723/2873334/319/technopreneur-indonesia-kurang-banyak

Total comment

Author

Rama Pradana


Media online TechinAsia, pada 31 Mei 2015, memuat artikel terkait 10 technopreneur berusia di bawah 30 tahun paling berpengaruh di Asia Tenggara.
Pendiri dan CEO Bukalapak Achmad Zaky masuk ke dalam kelompok itu. Ini lantaran Bukalapak tercatat sebagai salah satu perusahaan e-commerce terkemuka di Asia Tenggara dengan nilai transaksi mencapai USD 80 juta pada 2014.
Bukalapak bermula dari sebuah garasi kecil pada 2010. Kini telah dikunjungi lebih dari 1 juta orang setiap harinya dengan lebih dari 200 penjual.
Selain itu, pasar e-commerce di Indonesia berpeluang terus tumbuh besar. Mengingat, pengguna internet mencapai sekitar 82 juta orang atau sekitar 30 persen dari jumlah total penduduk Indonesia.
Dari jumlah itu ternyata hanya sekitar 7 persen yang pernah belanja secara online.
"Ini menjadi tantangan bagi kami, bagaimana UKM-UKM di Indonesia bisa maju melalui online. Bagi saya internet telah menjadi tools yang sangat penting bagi UKM untuk membesarkan bisnisnya," jelas dia.
Pengusaha muda asal Indonesia yang juga berpengaruh di Asia Tenggara adalah Ferry Unardi (27), co-founder dan CEO Traveloka. Platform pemesanan tiket pesawat dan voucher hotel ini dikunjungi 4 juta-7,5 juta pengunjung setiap bulan. Melampaui kompetitornya, Tiket, yang mendapat kurang lebih 1,95 juta kunjungan per bulan.
Traveloka bisa tumbuh besar berkat bisnis e-ticketing berkembang pesat di Indonesia. Keberadaan Traveloka mampu mengalihkan 90 persen calon penumpang untuk memesan tiket secara online.
Dengan dukungan East Ventures dan Global Founders Capital (dana yang dikelola oleh keluarga Samwer yang tenar melalui Rocket Internet), Unardi mampu memanjakan para konsumen dengan konsep one stop pemesan tiket, sehingga mereka merasa nyaman.
Selain itu, ada Jason Lamuda (29), CEO Berrybenka, situs yang fokus menjual busana wanita muslim. Situs yang berdiri pada 2012 kini telah dikunjungi 590 ribu pengunjung pada April 2015 dan mendapat dukungan dana lebih dari USD 5 juta dari Gree Ventures, Transcosmos, dan East Ventures.

Total comment

Author

Rama Pradana

Invensi dan  inovasi yang dihasilkan, serta technopreneurship tidak hanya bermanfaat dalam pengembangan industri-industri besar dan canggih.  Technopreneurship juga dapat diarahkan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi lemah dan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.  Dengan demikian, technopreneurship diharapkan dapat mendukung pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Technopreneurship dapat memberikan memiliki manfaat atau dampak, baik secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan.  Dampaknya secara ekonomi adalah:
a.    meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
b.    meningkatkan pendapatan.
c.    menciptakan lapangan kerja baru.
d.    menggerakkan sektor-sektor ekonomi yang lain.
Manfaat dari segi sosial diantaranya adalah mampu membentuk budaya baru yang lebih produktif, dan berkontribusi dalam memberikan solusi pada penyelesaian masalah-masalah sosial.  Manfaat dari segi lingkungan antara lain adalah:
a.    memanfaatkan bahan baku dari sumber daya alam Indonesia secara lebih produktif.
b.    meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya terutama sumberdaya energi.

Ada beberapa bidang invensi dan inovasi yang dapat diprioritaskan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat ekonomi lemah terdiri dari: air, energi, kesehatan, petanian, dan keanekaragaman hayati (water, energy, health, agriculture, dan biodiversity, yang biasa disingkat WEHAB).  Di bidang-bidang di atas masyarakat ekonomi lemah di Indonesia banyak menghadapi permasalahan.  Pengembangantechnopreneurship dapat diarahkan sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.  Misalnya:

a. Water (Air)
Banyak masyarakat Indonesia yang memiliki akses yang sangat terbatas pada air bersih, juga petani yang memiliki keterbatasan akses air untuk irigasi.  Tantangan technoprenuership masih sangat terbuka lebar untuk memberikan solusi teknologi pengadaan air bersih dan efisiensi irigasi.  Contohnya produk teknologi yang dapat ditawarkan antara lain sistem desalinasi air laut yang murah dan irigasi tetes (drip irrigation).

b. Energy (Energi)
Dunia saat ini dihadapkan pada kekurangan energi yang kronis.  Lapisan masyarakat terbawah di Indonesia saat ini sudah merasakan kesulitan yang luar biasa untuk mendapatkan sumber energi baik untuk kegiatan konsumtif maupun produktif.  Tantangan yang besar saat ini untuk menghasilkan teknologi energi alternatif yang terbarukan, ramah lingkungan, yang terjangkau, efisien, dan berkelanjutan.  Contoh produk teknologi alternatif misalnya energi listrik tenaga air (microhydro), tenaga angin, pengering tenaga surya, dan lain-lain.

c. Health (Kesehatan)
Akses pada fasilitas kesehatan yang memadai serta dan biaya kesehatan yang mahal masih menjadi masalah utama masyarakat miskin Indonesia.  Oleh karena itu sangat diperlukan alternatif metode pengobatan dan peningkatan kesehatan yang aman dan terjangkau; teknologi pengobatan/pencegahan terhadap penyakit spesifik lokal, serta obat-obatan alternatif yang terjangkau terutama untuk penyakit yang lazim dijumpai di masyarakat tidak mampu. Contoh produk teknologi alternatif adalah pengembangan produk-produk berbahan baku lokal menjadi produk herbal terstandar atau fitofarmaka.

d. Agriculture (Pertanian)
Masih sangat banyak masalah di sektor pertanian Indonesia yang umumnya dihuni oleh kelompok petani miskin.  Beragam  teknologi dalam bidang pertanian, perikanan, dan peternakan rakyat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah pertanian kita.

e. Biodiversity (Keanekaragaman Hayati)
Indonesia memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati nomor dua di dunia, namun pemanfaatannya saat ini belum banyak memberikan manfaat sosial yang besar.  Beragam sentuhan teknologi diperlukan misalnya penggunaan keanekaragaman hayati untuk biomedicine dan produk makanan; teknologi pengolahan yang memanfaatkan dan memberi nilai tambah keanekaragaman hayati Indonesia dengan tetap mempertahankan kelestariannya.

Bagaimana agar invensi dan inovasi dapat memberikan manfaat bagi masyarakat?  Beberapa kriteria berikut ini dapat digunakan untuk mengembangkan invensi dan inovasi agar bermanfaat bagi masyarakat, yaitu inovasi dan invensi itu harus:
a.    Memberikan performansi solusi lebih baik dan lebih efisien.
b.    Menjawab permasalahan dan memenuhi karakteristik kebutuhan masyarakat.
c.    Merupakan ide orisinal.
d.    Dapat diterapkan ke pasar dan memenuhi kriteria kelayakan ekonomi.
e.    Memiliki skala pasar dan skala manfaat yang memadai.
f.     Dapat dipasarkan sebagai produk atau jasa.
g.    Meningkatkan produktivitas, pendapatan, dan lapangan kerja bagi masyarakat.

Pada saat ini di Indonesia secara umum, dukungan terhadap invensi dan inovasi domestik masih terbatas, belum integratif dan tidak berorientasi pasar, sehingga banyak invensi dan inovasi yang “layu sebelum berkembang”. Ada kesenjangan yang besar antara penawaran dan permintaan solusi teknologi bernilai tambah. Selain itu, dana penelitian dan pengembangan nasional masih terbatas dan kemampuan technopreneurship domestik masih rendah.

Namun demikian, semua itu tidak akan berubah kalau kita tidak memulai melakukan perubahan.  Semoga buku ini dapat memberikan manfaat untuk perubahan itu.

Sumber : http://ono.suparno.staff.ipb.ac.id/articles/technopreneurship-2/

Total comment

Author

Rama Pradana



Pentingnya technopreneurship dewasa ini berkenaan dengan keterikatannya dengan ilmu dan teknologi, ketika negara menggunakan pendekatan peningkatan kemampuan teknologi sebagai pendorong peningkatan produksi nasional dan dalam banyak negara sebagai strategi competitive advantage, maka technoprenuersip adalah program yang termasuk didalamnya sebagai bagian integral dari peningkatan kultur kewirausahaan.

Kunci dari technopreneurship juga adalah kreativitas, dengan kreativitas yang tinggi maka mental lama yang cenderung konvensional dari wirausahawan akan berubah, kreativitas adalah bermain dengan imaginasi dan kemungkinan-kemungkinan, memimpin perubahan dengan ide-ide baru dan memberikan arti pada hubungan antara ide, orang dan lingkungan.

Technopreneurship juga harus di bangun dengan pendekatan menyeluruh dan integral, yang dilakukan dengan mengkolaborasikan “budaya” (budaya inovasi, kewirausahaan dan kreativitas), “konsepsi” (konsep ikubator bisnis, penelitian dan pengembanga, knowledge managemen dan learning organization), yang didukung oleh kapabilitas wirausahanya sendiri, koneksitas dan koboratif.

Memahami technological entrepreneurship atau technopreneurship dapat juga dilakukan dengan mengidentifikasi elemen-elemen kunci yang memiliki keterkaitan dengan proses pembentukan usaha berbasis teknologi, Igor Prodan (2007) mengidentifikasi, elemen itu adalah : 1. Technological entrepreneur; 2. universities; 3. corporation; 4. Capital; 5. Market/costumers; 6. government; and 7. advisor.

Total comment

Author

Rama Pradana
Ilustrasi


Apa itu technopreneurship?
Technopreunurship adalah sebuah wirausaha/ inkubator bisnis berbasis teknologi, model materi ini merupakan strategi terobosan baru untuk mensiasati masalah pengangguran intelektual yang semakin meningkat.

Inkubator bisnis merupakan wadah atau tempat mahasiswa dan pekerja belajar membuat perusahaan, disana mereka dapat belajar, membuat jaringan dan alat untuk membuat kesuksesan usaha. Inkubator bisnis sendiri didefinisikan sebagai “proses dukungan bisnis untuk menjadi lebih cepat mencapai kesuksesan”.

Tujuan dari inkubator bisnis adalah melahirkan perusahaan sukses yang dapat meninggalkan program bantuan keuangan dan mampu berdiri sendiri, lulusan incubator bisnis akan melahirkan wirausahawan yang mampu menciptakan lapangan kerja, mengkomersialisasikan teknologi dan penguatan ekonomi local dan nasional.

Knowledge based company adalah perusahaan yang diisi oleh komunitas yang memiliki pengetahuan, keahlian, dan ketrampilan. Komunitas ini memiliki kemampuan belajar, daya inovasi, dan kemampuan problem solving yang tinggi. Ciri lainnya adalah perusahaan ini lebih mengandalkan knowledge dalam mempertajam daya saingnya, hal ini digambarkan dengan semakin mengecilnya investasi yang dialokasikannya untuk physical capital, sementara untuk modal intelektual mendapat alokasi investasi yang semakin besar.

Competitiveness juga didorong oleh perkembangan teknologi yang semakin canggih dan cepat, ketertinggalan dalam penguasaan teknologi akan berdampak pada kesulitan untuk memenangkan persaingan, baik itu di level negara atau organisasi. Persaingan antar negara ditandai dengan peningkatan skala produksi yang dapat dihasilkan, investasi langsung yang dating dari luar negeri dan peningkatan standar hidup masyarakat. Merujuk pada hasil pertemuan Word Economic Forum (WEP), keunggulan kompetitif negara dihasilkan oleh dua factor utama yaitu kompetitif dalam pertumbuhan dan kompetitif pada mikroekonominya. keunggulan kompetitif ini dihasilkan oleh factor penguasaan teknologi, peran instutusi publik dan sumber daya makroekonomi.

Daya saing seperti inilah yang dewasa ini menurun bagi Indonesia, peranan produk nasional yang di hasilkan oleh peran tenologi tinggi masih sangat rendah, produksi Indonesia masih didominasi oleh hasil teknologi rendah dan menengah, konsekwensinya adalah Indonesia sulit untuk memperoleh keungulan kompetitif, karena kapabilitas teknologinya masih rendah. Dengan kata lain upaya yang paling layak untuk di kedepankan adalah bagaimana meningkatkan penguasaan tekologi untuk meningkatkan daya saing, baik itu pada level organisasi maupun level negara.

Total comment

Author

Rama Pradana